KURIKULUM INTI DAN MULOK
A. KURIKULUM INTI
kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses
belajar mengajar di dunia pendidikan.dan juga sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan Berhasil tidaknya suatu pendidikan, tentu akan sangat
tergantung pada kurikulum. Di Indonesia tujuan kurikulum tertera pada
undang-undang sIstem pendidikan nasional tahun 1989 bab 1 pasal 1 disebutkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan belajar mengajar .
Adapun kurikulum terdiri atas berbagai
komponen yang satu dengan yang lain saling terkait adalah merupakan satu
sistem, ini berarti bahwa setiap komponen yang saling terkait tersebut hanya
mempunyai satu tujuan yaitu tujuan pendidikan yang juga tujuan kurikulum.
Kurikulum yang disusun dipusat terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok
dengan harapan agar peserta didik diseluruh Indonesia mempunyai standar
kecakapan yang sama. Kurikulum tersebut dinamai kurikulum nasional
atau kurikulum inti. Dan kurikulum yang
lain yang disusun di daerah – daerah disebut kurikulum muatan local, Untuk itu,
pada kesempatan kali ini, kita akan mencoba membahas salah satu dari kedua
kurikulum tersebut yaitu kurikulum inti (core curriculum).yang mana dilihat
dari aspek pengertian, dasar pelaksanaan kurikulum inti, komponen-komponen
dalam kurikulum inti, dan asas-asas dalam penyusunan kurikulum inti
1. Pengertian Kurikulum Inti (core curriculum)
Menurut Caswell, seperti dikutip dalam
Nasution (1993: 115), define kurikulum inti adalah sebagai berikut : "A
continous, careful planned series of experience which are based on significant
personal and social problems and which involve learning of common concern to
all youth"
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
kurikulum inti adalah :
·
Kurikulum inti
merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan;
·
Direncanakan secara
terus menerus sebelum dan selama dijalankan;
·
Berdasarkan pada
masalah-masalah yang dihadapi;
·
Berdasarkan pribadi
dan social;
·
Diperuntukan bagi
semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.
Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum
nasional, karena kurikulum inti disusun dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu menciptakan para lulusan menjadi manusia Indonesia
seutuhnya (UUSPN No. 2 Tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu memperhatikan
pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh.
2. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti/Nasional
Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak
factor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari kurikulum tersebut
adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan yang terdiri dari
Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori .
Landasan Ideal berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang
GBHN dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan
nasional.
Ladasan Hukum berupa peraturan pemerintah republik Indonesia
nomer 29 tahun 1990, tentang pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor
060/U/1993 tentang kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan, program
pengembangan kurikulum.
Landasan Teori berupa buku landasan program dan pengembangan
kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku
pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk
setiap mata pelajaran.
3. Komponen -Komponen Dalam Kurikulum Inti
Kurikulum inti atau nasional didalam
penyusunannya juga harus sesuai dengan tingkatan pendidikan masing – masing.
Seperti kurikulum nasional pada pendidikan dasar terdiri dari
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan kewarganegaraan
4. Bahasa Indonesia
5. Membaca dan menulis
6. Matematika
7. Kerajinan tangan dan kesenian
8. Menggambar
9. Pendidikan jasmani
Komponen – komponen sebagai dasar dalam
penyusunan kurikulum inti terdiri dari tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan
dalam proses belajar mengajar), evaluasi program. Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Isi materi pa yang harus diprogramkan untuk
mencapai tujuan tersebut
3. Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
4. Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan
dicapai dimiliki peserta didik
4. Asas-Asas Penyusunan Kurikulum Inti
Kurikulum juga memilki asas-asas yang terdiri
dari asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologi, asas organisatoris,
·
Asas filosofis
Tujuan pendidikan tidak terlepas dengan unsur
filosofis seperti mendidik anak untuk menjadi manusia yang baik didalam
masyarakat. Kata baik ini pada hakikatnya ditentukan oleh nilai, cita-cita atau
filsafat yang dianut guru, orang tua ,masyarakat, Negara dan dunia maka
filsafat menentukan tujuan yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
·
Asas psikologi
Asas ini terdiri dari dua, yaitu:
a) Psikologi Belajar
Bahwa setiap anak dapat didik untuk menguasai
pelajaran, ,menerima norma-norma dan dapat mempelajari bermacam keterampilan
b) Psikologi Anak
Memberikan kesempatan belajar kepada anak,
agar dapat mengembangkan bakatnya. Karena sudah sewajarnya jika anak sendiri
yang menjadi factor dalam pembinaan kurikulum yang tak dapat diabaikan.
·
Asas sosiologi ( masyarakat)
Anak itu tidak
hidup seorang diri, namun senantiasa hidup didalam suatu masyarakat. Disitu ia
harus memenuhi tugas sebagai anak maupun sebagai orang dewasa dengan penuh
tanggung jawab. Ia anak menerima jasa dari masyarakat, dan dan ia juga harus
menyumbang baktinya kepada masyarakat. Karena naka harushidup dalam masyarakat,
masyarakat pun harus dijadikan sebagai factor yang harus dipertimbangkan dalam
pembinaan kurikulum.
·
Asas organisatoris
Asas ini membahas
tentang bentuk penyajian bahan pelajaran, seperti tidak mengadakan batas-batas
diantara berbagai mata pelajaran. Sesuai dengan keberadaannya, kurikulum inti /
nasional ini diaplikasikan pada semua jenis menurut jenjangnya, misalnya di SD,
MI, SMP, SMA/MA(SMU), STM, SMEA, dan lain-lain sejak dari sabang sampai marauke
sekolah dikota maupun didesa itu sama bentuknya yang bertujuan untun mencapai
tujuan pendidika nasional Indonesia.
B. KURIKULUM MUATAN LOKAL
1. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah
pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa yang mempunyai berbagai macam
adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan sebagainya. Berbagai
kekayaan alam baik yang terdapat didarat, laut, flora fauna dan berbagai hasil
tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam.
Kebudayaan nasional yang didukung oleh
berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan beradab yang merupakan nilai
jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek
kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa
pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan perternakan,
pertaqnian holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga
terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik
peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga mengacu
kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar acuan
keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum muatan
lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal
11 Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7
Oktober 1987.
2. Pengertian Muatan Lokal
Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud
dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal,
pendidikan yang berprogram muatan lokal telah dilaksanakan oleh para orang tua
peserta didik dengan metode drill dan dengan trial and error serta berdasarkan
berbagai pengalaman yang mereka hayati. Tujuan pendidikan mereka terutama agar
anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah
bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam sekitar. Sedang
kriteria keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.
Menurut Dirjen Kurikulum Muatan Lokal adalah
kurikulum yang di perkaya dengan materi pelajaran yang ada di lingkungan
setempat.
Menurut Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal
adalah materi pelajaran yang diajarkan secara terpisah, menjadi kajian
tersendiri.
Menurut Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah
materi pelajaran dan pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja
yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan
daerah legenda serta adat istiadat.
3. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum tujuan program pendidikan muatan
lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap
tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung
pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan lokal
pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan
tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai.
Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang
relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan
dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan langsung
1.
Bahan pengajaran lebih
mudah diserap oleh murid.
2.
Sumber belajar di
daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3.
Murid dapat
menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk memecahkan
masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4.
Murid lebih mengenal
kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di
daerahnya.
b. Tujuan tak langsung
1)
Murid dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2)
Murid diharapkan dapat
menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
3)
Murid menjadi akrab
dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya
sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar maka besar kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau
kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi
sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang adadi
lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan dan
dalam lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak. Jean Piaget
(1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar,
makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara. keseluruhan mempunyai
pengaruh terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa
lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu
situasi “kerja” di sekitar murid. Karena itu, lingkungan secara keseluruhan
dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan
eksternal untuk belajar pada seseorang. Landasan teoritik muatan lokal.
Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan
kita menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari
tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan
berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel (1969) dan
konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan bahwa
sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh
murid. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah
ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841)
yang dikenal dengan istilah apersepsi.
Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki
rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan
secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan
gembira bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya yang
penuh dengan sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian
dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan
mereka yang berada dalam proses pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan
dengan baik.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari
tujuan umum yang tertera dalam GBHN. Adapun yang langsung dapat dipaparkan
dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya adalah :
1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah
disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian; Punya jati diri dan punya kepribadian
daerah disamping kepribadian nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa
batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK didaerahnya
5. Beretos kerja , cinta akan kerja, makanya
dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6. Profesional, mengerjakan kerajinan daerah
seperti membatik, membuat anyaman, patung dan sebagainya
7. Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan
bukan hanya sebagai konsumen
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta
kepada tanah air.
10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja
manusia selalu membutuhkan teman kerja,oleh karenanya akan terjadilah situasi
kerja sama dan gotong royong.
11. Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak
pernah menyia-nyiakan waktu luang,dan yang bersangkutan menjadi orang ulet, tekun,
rajin dan sebagainya
12. Mementingkan pekerjaan yang praktis ;
Menghilangkan gaps antara lapangan teori dan praktik
13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.
Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas
Depdikbud perlu bekerja sama dengan dengan pemerintah daerah, instansi lain
yang terkait, badan swasta dan masyarakat agar muatan lokal dapat diterima
sebagaimana mestinya
4. Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum
§
Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada
dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam
sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat
menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
§
Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian
integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program
pendidikan yang be rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan
sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan
pribadi kepada masyarakat.
§
Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas
perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang
diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang
bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan
kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang
individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke
arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Terdapat 4 Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara
Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku
bangsa yang tersebar di berpuluh-puluh ribu pulau dari Sabang sampai dengan
Merauke. Kekaguman terhadap bangsa dan negara Indonesia telah dinyatakan oleh
hampir seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut dapat
dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman
tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan
alam, fauna dan floranya serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan
dasar yang sangat penting dalam mengembangkan muatan lokal.
Selain landasan-landasan pemikiran tersebut di atas,
pengembangan muatan lokal juga didorong oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa
banyak murid Sekolah Dasar terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah yang
antara lain disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi orang tua murid, kurang
sesuainya kurikulum sekolah dengan kebutuhan murid.
5. Pengembangan Muatan Lokal
Bahan muatan lokal
dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan
ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan
dalam lingkungannya.
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat
oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
muatan lokal ini sanagat menentukan . Untuk pengembangannya, langkah-langkah
yang dapat ditempuh :
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan
proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen. Menyusun
perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar,
metode, media, dana dan evaluasi.
Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain
dengan :
1)
Mengidentifikasikan
segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
2)
Menyeleksi bahan
muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
- a) Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
- b) Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
- c) Letaknya terjangkau dari sekolah.
- d) Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.
- e) Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
3)
Menyusun GBPP yang
bersangkutan
4)
Mencari sumber bahan
yang tertulis maupun yang tidak tertulis
5)
Mengusahan
sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal
Pembinaan perlua
ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan secara kontinue,
karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada
gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan
sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan biaya.
3. Pengembangan Muatan Lokal
Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
Pengembangan untuk
jangka jauh
Agar para siswa
dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya
dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan
nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka
panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan
masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik
negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal disekolah dasar masih bersifat
concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah menengah pertama
dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.
Pengembangan untuk
jangka pendek
Perkembangan muatan
lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara
menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap
saat.
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
Perluasan muatan lokal
Dasarnya adalah
bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis
jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti
peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi
dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan
pada periode berikutnya.
Pendalaman muatan
lokal
Dasarnya adalah
bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam,
misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara
memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena
itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.
Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :
1) Kekreatifan guru.
2) Kesesuaian program
3) Ketersediaan sarana dan
prasarana
4) cara pengeloaan
5) Kesiapan siswa
6) Partisipasi masyarakat setempat
7) Pendekatan kepala sekolah
dengan nara sumber dan instansi terkait
Adapun cara
menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat
dilaksanakan dengan empat cara:
1.
Bagi bidang studi yang
sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan, kemudian dipilih
bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
2.
GBPP yang telah
dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
3.
Pola kehidupan dalam
lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai dengan GBPP
atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
4.
Pola kehidupan dalam lingkungan
alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam program pendidikan
kemudian dibuat GBPP.
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
Lingkup Keadaan dan
Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah
tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan social
ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu
yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan
hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
1.
Melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah
2.
Meningkatkan kemampuan
dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah
3.
Meningkatkan
penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang
pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang
hayat)
4.
Meningkatkan kemampuan
berwirausaha.
5.
Lingkup isi/jenis
muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah,
keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang
berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu
oleh daerah yang bersangkutan.
7. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Pemberlakuan KTSP
membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran,
dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran
Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas
tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat
kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal
bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk
dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua pola pengembangan Mata
Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi pelaksanaan KTSP. Pola tersebut
adalah:
Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan
Kondisi Sekolah saat ini
Langkah dalam
pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu
mengembangkannya, langkah tersebut adalah:
1.
Pengembangan Muatan
Lokal Sesuai Kondisi Sekolah Saat Ini Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran
Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu mengembangkannya, langkah
tersebut adalah: 1. Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah.
Apakah masih layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di
Sekolah 2. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut
masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran
Muatan Lokal tersebut ke dalam SK dan KD 3. Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal
yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mata
Pelajaran Muatan Lokal dari sekolah lain atau tetap menggunakan Mata Pelajaran
Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal yang
lebih sesuai.
2.
Pengembangan Muatan
Lokal dalam KTSP Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya
sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan
penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian disamping mendukung pembangunan daerah dan
pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata
Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan
daerah 2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal 3)
Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal 4) Menentukan Mata Pelajaran Muatan
Lokal 5) Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus,
dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Lebih lanjut
langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi
keadaan dan kebutuhan daerah. Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata
berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat
diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti
Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia
usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau
dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan
daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan; 2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan; 3) Aspirasi
masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta
konservasi alam dan pemberdayaannya.
b.
Menentukan fungsi dan
susunan atau komposisi muatan local Berdasarkan kajian dari beberapa sumber
seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis
kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain
untuk: 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; 2) Meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu; 3) Meningkatkan kemampuan
berwiraswasta; 4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan
sehari-hari;
c.
Menentukan bahan
kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji
berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian
sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian
muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat
perkembangan peserta didik; 2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik
yang diperlukan; 3) Tersedianya sarana dan prasarana 4) Tidak bertentangan
dengan agama dan nilai luhur bangsa 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan
keamanan 6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; 7) Lain-lain
yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
Kesimpulan
Kurikulum muatan
lokal ialah program pendidikan yang disi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
dipelajari oleh murid didaerah tersebut. Kurikulum muatan lokal diberikan
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum
didalam GBHN.
Sumber bahan muatan
lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari nara sumber,
pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai
unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut
berbagai aspek, antara lain : sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana
dan evaluasi
Sebagai salah satu
kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam pembelajarannya banyak
ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara lain dari segi : peserta
didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan kurikulumnya sendiri.
Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir dengan berbagai metode
antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar, lebih memantapkan
GBPP, dengan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya.
Muatan lokal perlu
untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui dan
mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif dan
profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah
air.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Prof.
Dr. Umar dan La Sulo, Drs. S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
___. 2008. Makalah
Landasan Skripsi. http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/12/kurikulum-muatan-lokal.html
___. 2012.
Implementasi Kurikulum Muatan Lokal. http://sdnegeri2suak.blogspot.com/2012/01/implementasi-kurikulum-muatan-lokal.html
0 komentar:
Posting Komentar