BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan
suatu tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat pelajaran dan
cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan. Akan
tetapi, dalam memahami hakikat kurikulum sering kali terjadi perbedaan persepsi
dan pemahaman. Oleh karena itu, pengertian kurikulum juga memiliki berbagai
persepsi tergantung dari sudut pandang masing-masing pelaksananya .
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Perencanaan
kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa
disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum
ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan
hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta
didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan.
2.2 Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam usaha untuk
mengembangkan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan,
agar kurikulum yang kita jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Prinsip dasar yang paling utama yang harus diperhatikan yaitu,
prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efisiensi, prinsip kontinuitas,
dan prinsip flexibilitas .
2.2.1 Prinsip relevansi
Relevansi
pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan
tuntutan kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau
dari beberapa segi: pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup
murid, kedua, relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan
masa yang akan datang, ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia
pekerjaan.
2.2.2 Prinsip efektivitas
Prinsip efektivitas yaitu mengusahakan agar kegiatan
pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan
sejauh mana apa yang idrencanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau
tercapai.
Didalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari
dua segi efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.
Efektifitas mengajar guru
Efektifitas guru ini mencakup sejauh mana seorang guru
melakaukan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik
Efektifitas belajar murid
Efektifitas belajar ini menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalaui kegiatan belajar
mengajar yang ditempuh.
2.2.3 Prinsip efisiensi
Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada
secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi
ini perlu kita perhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, peralatan,
yang tentunya akan menghasilkan efisiensi.
2.2.4 Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum,
baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam
tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan
dengan jenis pekerjaan. Dengan kontinuitas ini dimaksudkan agar hubungan atau
jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
Dalam menyusun kurikulum tingkat sekolah, hendaknya
dipertimbangkan sebagai berikut:
- Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang sebelumnya.
- Bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada sekolah yang lebih tinggi
- Kesinambungan anatara berbagai bidang studi
- Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutsan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.
2.2.5 Prinsip flexibilitas
Flexibilitas ini maksudnya tidak kaku, artinya adanya semacam
ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Apa yang
diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi
kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau
mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus
bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan
sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan
sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :
- Flexible dalam memilih program pendidikan
Maksudnya adalah pengadaaan program-program pilihan yang dapat
berbentuk jurusan, program, spesialisasi, ataupun program-program pendidikan
ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.
- Flexibilitas dalam pengembangan program pengajaran
Maksudnya ialah memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam
mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok tujuan dan
bahan pengajaran didalam kurikulum yang masih bersifat umum.
Dari sumber yang lain didapatkan prinsip – prinsip
kurikulum sebagai berikut:
1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan
kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertenru, yang bertitik tolak dari
tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan
perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan
bertalian dengan aspek-aspek yang erkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2. Prinsip Relevansi
Pengembangan
kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan sistem penyampaiannya harus sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan
siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan
kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu,
tenaga, dan sumber-sember yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal
4.Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang
luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku.
Misalnya dalam
suatu kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan
pertanian. Pelaksanaannya di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian,
maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
5. Prinsip berkesinambungan
Kurikulum disusun
secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan
kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain
memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa sehingga mempermudah
guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Prinsip keseimbangan
Penyusunan
kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara proporsional dan fungsional
antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara
aspek-aspek prilaku yang ingin di kembangkan. Dengan keseimbangan tersebut
diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yaitu satu sama
lainnya saling memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang
dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan yang bertitik tolak dari
masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya
melibatkan semua pihak, baik dilingkungan sekolah maupun pada tingkat
intersektoral.
8. Prinsip Mutu
Pengembangan
kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan
bermutu diukur oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan
atau media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan
kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan.
Adapun prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum.
Prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan
penilaian
- § Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
- § Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
- § Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
- § Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
- § Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
2.3 Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan
merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang
proses pengembangan kurikulum.
Pengembangan
kurikulum sendiri memiliki makna yang cukup luas. Sukadinata (2000)
mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama
sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang
telah ada (curriculum improvement). Di satu sisi pengembangan kurikulum
merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar, struktur dan
sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, hingga pedoman
pelaksanaannya (macro curriculum), dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran
kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan
Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya (micro curriculum).
Dengan melihat dua
cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangannya menurut arahnya. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan
administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan
kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan kurikulum dari bawah ke
atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian disebarluaskan pada
tingkat dan skala yang lebih luas
a. The administrative model
Model ini merupakan
model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan
pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan
menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk
suatu Komisi atau Tim Pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari
pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu,
dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan
konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk Tim Kerja terdiri
dari para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan
tinggi, dan guru-guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya
yang lebih operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah
digariskan oleh Tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih
operasional, memilih sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru.
Setelah Tim Kerja selesai melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim
Pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten.
Setelah mendapatkan
beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi
tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas,
maka model ini disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaannya, diperlukan
monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu
dilakukan evaluasi.
b. The grass root model;
Model pengembangan
ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem
pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang
bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots
seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan
upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat
berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya
telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya
maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root
tampaknya akan lebih baik.
Hal itu didasarkan
atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna
dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi
tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk
seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang
bersifat desentralistik dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya
kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya
akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Terkait dengan
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung
dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan
kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber
daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini adalah
sebagai berikut:
- 1. Menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
- 2. Mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
- 3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
- 4. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan kajian terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat diatasi.
- 5. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan diskusi antar teman sejawat.
- 6. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grassroot. Langkah ini penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga hasil pengembangan tersebut semakin tersebar.
Pendekatan kurikulum juga diartikan cara kerja dengan cara
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikut langkah-langkah
pengembangan yang sistematis untuk menghaislkan kurikulum yang lebih baik.
Ada berbagai macam pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan
kurikulum, yaitu :
Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
Mula-mula pelaksanan
dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum itu berdasarkan materi. Initi dari
proses belajar megajara ialah ditentukan oleh pemilihan materi. Pendekatan ini
diterapkan di Indonesia dalm kurikulum sebelum kurikulum 1975. Kelebihan
pendekatan ini ialah bahan pengajaran lebih flexible dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya ialah tujuan pengajaran
kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai
untuk pengajaran .
Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatn ini
menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
megajar . Penyusunana dengan pendekatan berdasarkan tujuan bahwa tujuan
pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Dari tujuan-tujuan ini menjadi tujuan
yang terperinci, yang akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional.
Pendekatan dengan pola organisasi bahan
Pendekatan ini
dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter curicululm, correlated
curriculum, dan integrated curriculum.
- § Pendekatan pola subject matter curriculum. Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumu, biologi dan lainnya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
- § Pendekatan pola correlated curriculum. Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS, dan sebagainya.
- § Pendekatan pola integrated curriculum. Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.
Pendekatan rekonstruksionalisme
Pendektan ini
memfokuskan kurikulum pada masalah penting dayng dihadapi masyarakat, seperti
polusi, ledakan, penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi. Dalam gerakan
ini terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap kurkulum,
yaitu :
Rekonstruksionalisme konservatif
Pendekatan ini
mneganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan
individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang
paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Rekonstruksionalisme radikal
Pendekatan ini
menganjurkan agar pendidik formal maupun non0formal mengabdikan diri demi
tercapainya tatanan social baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan
yang lebih adil dan merata.
Pendekatan humanistic
Kurikulum ini
berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai
prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidk
humanistic yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus
dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas
asumsi-asumsi yang berikut:
- § Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
- § Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
- § Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
- § Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
- § Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
- § Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
Pendekatan akuntabilitas
Accountability
lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir
ini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel
menentukan standard an tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya
berdasarkan taraf keberhasilan siswa unruk mencapai satandar itu.
Pendekatan bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin ilmu)
Pendekatan ini
menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum
misalnya matematika, sains, sejarah IPS, IPA, dan sebagainya
Seperti yang lazim
kita dapati dalam sistim pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan
universitas. Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan
proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah
realisme. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya
oleh sebab disiplin ilmu telah jelas Batasannya dan karena itu lebih mudah
mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan
Pendekatan Broad-field
Pendekatan ini
berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau mata pelajaran yang saling
berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum atau
kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Pendekatan
broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa memahami hubungan yang kompleks
antara kejadian-kejadian di dunia, misalnya antara perang vietnam dan korea
dengan kebangkitan ekonomi jepang dan lain-lain.
Pendekatan Kurikulum Inti(core curriculum)
Kurikulum ini
banyak persamaannya dengan broad-field, karena juga menggabungkan berbagai
disiplin ilmu. kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah sosial atau
personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan
Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari
semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu
pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan
terpelajar.
Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
a. Pendidikan
kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam
tiga kategori:
- § Warganegara yang apatis
- § Warganegara yang pasif
- § Warganegara yang aktif
b.
Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum
bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan
diduduki.
c.
Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat
dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan
tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
- § Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
- § Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
- § Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
- § Keterampilan sebagai warganegara yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan
kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan
seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program
yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam usaha untuk
mengembangkan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan,
agar kurikulum yang kita jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Prinsip dasar yang paling utama yang harus diperhatikan yaitu,
prinsip relevansi, prinsip efektivitas, prinsip efisiensi, prinsip kontinuitas,
prinsip flexibilitas,prinsip keseimbangan, prinsip kesinambungan ,prinsip
keterpuaduan, prinsip mutu ,prinsip berorientasi pada tujuan,prinsip relevansi,
prinsip efisiensi dan efektivitas .
Pendekatan
merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang
proses pengembangan kurikulum.
Dengan melihat dua
cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangannya menurut arahnya. Pertama, pendekatan top down atau
pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari
atas ke bawah, dan kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan
kurikulum dari bawah ke atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian
disebarluaskan pada tingkat dan skala yang lebih luas.
Pendekatan
kurikulum juga diartikan cara kerja dengan cara menerapkan strategi dan metode
yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Diantaranya yang lain adalah pendekatan
berorientasi pada bahan pelajaran , pendekatan berorientasi pada tujuan,
pendekatan dengan pola organisasi bahan, pendekatan rekonstruksionalisme,
pendekatan humanistic, pendekatan akuntabilitas, pendekatan kurikulum inti(core
curriculum), pendekatan pembangunan nasional,pendekatan kurikulum inti di
Perguruan Tinggi, pendekatan Broad- field, dan pendekatan bidang studi
(disiplin ilmu).
DAFTAR PUSTAKA
Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum.http://
ahmadsudradjat.wordpress.com (diakses tanggal
Dra, Subandijan,., 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Soetopo, Drs. Hendiyat, 1982. Pembinaan Dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
Idi, Dr. Abdullah. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori Dan
Praktik . Jogjakarta: Ar-Ruzz Meda.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/ (diakses tanggal 29 Maret 2012)
http://www.sarjanaku.com/2010/10/pendekatan-pengembangan-kurikulum.html (diakses tanggal 29 Maret 2012)
http://www.sarjanaku.com/2010/10/prinsip-prinsip-pengembangan-kurikulum.html (diakses tanggal 29 Maret 2012)
0 komentar:
Posting Komentar