ASAS-ASAS
KURIKULUM
Pendidikan di
Indonesia selalu berdasarkan sejumlah landasan serta sesuai dengan sejumlah
asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut merupakan elemen penting bagi
pendidikan, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut
adalah landasan filosofis, sosiologis, kultural, dan psikologis, yang sangat
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Sedangkan landasan
ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan agar sesuai dengan masa depan.
Asas-asas pendidikan sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu asas Ki Hajar
Dewantara (Tut Wuri Handayani), asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian
dalam belajar, dan asas pendidikan bagi semua. Landasan dan asas-asas
pendidikan inilah yang nantinya menjadi dasar bagi asas-asas kurikulum di
Indonesia.
A.
Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosfis
Landasan filosofis
sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan berhubungan dengan
sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang “sesuatu” yang
berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Menurut Pasal 2 UU RI No.2
Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD
1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna:
- Dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada
Pancasila.
- Sistem pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila.
- Hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui pendidikan,
sehingga tercipta manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.
2. Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis
berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
- Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
- Hubungan kemanusiaan.
- Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
- Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Masyarakat
Indonesia sebagai landasan sosiologis pendidikan tentu saja mempengaruhi
perkembangan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan tidak berlangsung
dalam keadaan vakum sosial. Dari generasi ke generasi selalu mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi akan memberi pengaruh dalam pendidikan,
yaitu:
- - Individu memiliki keterampilan baru.
- - Sekolah dituntut agar lulusannya dapat menyesuaikan perkembangan jaman.
- - Sekolah mulai menggunakan media pembelajaran yang lebih canggih.
b. Perubahan Demografi (perubahan jumlah penduduk)
Perubahan demografi akan berakibat pada:
- - Pengembangan kebijaksanaan pendidikan.
- - Pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru.
- - Tidak seimbangnya pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan.
c. Urbanisasi dan Sub-urbanisasi
Urbanisai dan sub-urbanisasi akan menyebabkan:
- - Sekolah bertanggungjawab atas penyesuaian diri terhadap penduduk kota.
- - Sekolah berperan dan membantu mekanisme kontrol sosial di masyarakat.
- - Sekolah mempersiapkan lulusannya untuk dapat hidup di kota.
d. Perubahan Politik Masyarakat, Bangsa dan Negara
Dengan adanya perubaha-perubahan di bidang politik, secara tidak
langsung akan mempengaruhi pendidikan di Indonesia, diantaranya:
- - Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan anggota masyarakat.
- - Berkembangnya saling ketergantungan antar pemerintahan negara.
3. Landasan Kultural
Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat dilestarikan atau
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Pendidikan dapat
dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai
upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia. Salah satu cara
untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Jadi pendidikan dapat
berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan pengembang kebudayaan.
4. Landasan Psikologis
Dasar psikologis
berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman
terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan
salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai
implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.
Psikologi sebagai
ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga hal
yaitu:
- a. Hakikat siswa
- b. Proses belajar
- c. Peranan guru
Karena guru
merupakan sentral pengendalian proses belajar-mengajar, maka dalam penyampaian
materi, guru harus mampu mendasarkan pada perbedaan individu siswa dan prinsip-prinsip
belajar.Selain itu guru juga harus memperhatikan stimulus belajar, perhatian
siswa, keaktifan siswa, penguatan dan umpan balik. Untuk keberhasilan kegiatan
belajar dan pencapaian tujuan pendidikan itu sendriri.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan
berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan, sehingga haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia
yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat
mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Salah satu misi
pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat mengembangkan iptek.
Hubungan timbal balik antara pendidikan dan iptek, yaitu, kemajuan pendidikan
diarahkan untuk kemajuan iptek dan perkembangan iptek akan berpengaruh pada
perkembangan pendidikan.
B. Landasan Pendidikan Nasional di Indonesia
Selain kelima
landasan yang telah disebutkan di atas, Indonesia memiliki beberapa landasan
tersendiri, yaitu:
- 1. Landasan Ideal: Pancasila
- 2. Landasan Konstitusional: UUD 1945
- 3. Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang UU No. 20 Tahun 2003)
C. Asas-asas Pendidikan
Asas pendidikan
merupakan dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas
tersebut adalah asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani), asas belajar
sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar, dan asas pendidikan bagi
semua.
1. Asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani)
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan
yaitu:
a. Asas Kemerdekaan
Memberikan
kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka,
melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
b. Asas Kodrat Alam
Pada dasarnya
manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat
lepas dari aturan main, tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing
untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
c. Asas Kebudayaan
Berakar dari
kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan
jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri (jati diri) tetap
menjadi acauan utama.
d. Asas Kebangsaan
Membina kesatuan
bangsa, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap
menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
e. Asas kemanusiaan
Mendidik anak
menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.
Kelima asas
tersebut kemudian dikenal sebagai asas pertama, yaitu tut wuri handayani yang
merupakan inti dari sitem pendidikan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar
Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo
Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan
asas yaitu:
- - Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
- - Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
- - Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar
sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Dengan adanya asas ini,
kurikulum dirancang dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal. Dimensi vertikal dari kurikulum meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan. Sedangkan dimensi horisontal dari kurikulum yaitu
katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar
sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan mengurangi keaktifan guru dan meningkatkan keaktifan siswa, namun guru
dituntut utuk selalu siap membantu siswa jika memang diperlukan. Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru sebagai fasilitator dan
motifator bagi peserta didik. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang
dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar
Siwa Aktif).
4. Asas Pendidikan Bagi Semua
UNESCO pada tahun
2000 di Dakar (Senegal) mencanangkan suatu program pendidikan bagi semua orang
di kawasan Asia dan Pasifik yang disebut APPEAL (Asian Pacific Programme of
Education for All). Melahirkan deklarasi tentang pendidikan bagi semua, yaitu:
- a. Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannya termasuk pendidikan bagi anak miskin dan kelainan fisik/mental.
- b. Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program pendidikan dasar sembilan tahun atau program kejar paket A dan B.
- c. Pemberantasan buta huruf.
- d. Peningkatan mutu pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi semua kelompok sasaran warga belajar.
- e. Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan peran kesetaraannya di dalam kegiatan pembangunan.
D. Asas-asas Pelakasanaan Pendidikan Nasional di indonesia
Dari asas-asas yang
telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia
memperhatikan beberapa uraian dari asas-asas tersebut, yaitu:
- Asas semesta, menyeluruh dan terpadu
- Asas pendidikan seumur hidup
- Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
- Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
- Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara
- Asas Bhineka Tunggal Ika
- Asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan
- Asas manfaat, adil, dan merata
- Asas ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
- Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas.
E. Asas-asas Kurikulum
1. Asas Filosofis
Asas filosofis
dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya
berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat
berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti
cinta, pecinta, mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat,
hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut
oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme,
komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai pandangan hidup atau
falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus
diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat dijadikan dasar dan
terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa
Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang
dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh
bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan
kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah
menentukan tujuan umum pendidikan.
Manfaat filsafat bagi kurikulum, yakni:
- a. Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.
- b. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
- c. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
- d. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
- e. Memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.
- f. Memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
2. Asas Psikologi
Asas psikologi
berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia
sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan
perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai
berikut:
a. Aspek Ketakwaan
Dikembangkan dengan bidang agama
b. Aspek Cipta
Dikembangkan dengan bidang studi ekstra dan filsafat
c. Aspek Rasa
Dikembangkan dengan bidang studi seni
d. Aspek Karsa
Dikembangkan dengan bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan
PKn
e. Aspek Karya (Kreatif)
Dikembangkan melalui bidang studi yang berkaitan dengan
penelitian dan pengembangan bakat.
f. Aspek Karya (keprigelan)
Dikembangkan dengan pelajaran yang berkaitan dengan
keterampilan.
g. Aspek Kesehatan
Dikembangkan dengan bidang studi kesehatan
h. Aspek Sosial
Dikembangkan melalui praktek lapangan, gotong royong, kerja
bakti, KKN, PPL.
i. Aspek Karya
Dikembangkan melalui kerja mandiri.
Terdapat dua asas Psikologi yang melandasi kurikulum, yaitu:
1. Psikologi anak
Sekolah didirikan
untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni untuk memberi situasi-situasi belajar
kepada anak-anak tempat mereka dapat mengembangkan bakatnya. Sebab itu sudah
seharusnya anak itu sendiri merupakan faktor dalam pembinaan kurikulum yang tak
dapat diabaikan. Karena pengaruh Plato berabad-abad lamanya anak-anak dididik
tanpa memperhatikan ciri khas tiap anak. Anak itu dipandang sebagai orang
dewasa dalam bentuk kecil. Baru pada permulaan abad keduapuluh anak mendapat
perhatian yang besar. Anak-anak dipelajari secara ilmiah, sehingga lebih banyak
diperoleh keterangan tentang minatnya, perkembangannya, kebutuhannya dan
sebagainya. Ada kurikulum yang progresif yang malahan semata-mata child
centered curriculum kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa
menghiraukan minat atau kebutuhan anak-child centered itu mengandung
kelemahan-kelemahan dan boleh dikatakan tidak ada lagi yang melakukannya di
sekolah. Namun usaha itu telah berhasil untuk menunjukkan perhatian para
pendidik kepada kepentingan anak. Dalam kaitannya dengan psikologi anak ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum yaitu :
- a. Anak bukan miniatur orang dewasa
- b. Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
- c. Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
- d. Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
- e. Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
- f. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak
berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian
dari kurikulum dapat sama bagi semua.
2. Psikologi belajar
Pendidikan di
sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat
dididik, dpat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai
sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai
sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar?
Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang
bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat
direncanakan dan dilaksanakan dengancara seefektif-efektifnya. Oleh sebab itu
belajar rupanya suatu proses yang pelik dan kompleks, maka kita tak heran
tentang adanya bermacam-macam teori belajar yang mencoba menjelaskannya, juga
ada eksperimentil, bagaimanakah proses belajar itu berlangsung. Pada umumnya
dapat dikatakan, bahwa tiap teori mengandung kebenaran, tetapi tidak memberikan
gambaran tentang keseluruhan proses itu. Teori yang kita anut terutama mentukan
bahan pelajaran yang harus disajikan. Jadi terdapat hubungan yang erat antara
kurikulum dan ilmu jiwa belajar.
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan
kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
- a. seleksi dan organisasi bahan pelajaran
- b. menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi
- c. merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)
3. Asas Sosiologis
Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Tiap
masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan
diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap
masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda
latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam
kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan
faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum,
masyarakat dijadikan salah satu asas.
Sekolah adalah
institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan
kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan
banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu
berubah di dalam masyarakat.
4. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan
dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi
seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara
lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam
bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk
organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu
jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
5. Asas Teknologi
Ilmu pengetahuan
dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang
hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat
manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari
oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak
boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan
teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih
bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa
mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system
penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang
peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media
cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet,
rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi
pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system
penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya
dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio,
pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar