29 Feb 2012

BAB I Pembelajaran sebagai Proses Pemberdayaan


PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN


C.     Pembelajaran sebagai Proses Pemberdayaan

Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge dari guru kepada siswa semakain banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih banyak sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal.
Ketidaktepatan pandangan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhnkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. Karena sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif, yang mandiri, dan yang membangun dirinya dan masyarakat (Tilaar, 2000:21).

Di samping persoalan-persoalan khusus pembelajaran di kelas, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Seseorang siswa atau mahasiswa menghadapi masalah berkaitan dengan aktivitas atau tugas-tugas belajarnya. Kelak, bilamana dia telah menjadi pekerja (karyawan), ia juga akan berhadapan dengan berbagai masalah berkaitan dengan pekerjaanya. Tidak hanya itu saja, bahkan hampir setiap orang seringkali memiliki masalah dengan kepribadiannya sendiri.sebut saja contoh yang sering kita dengar atau bahkan pernah kita ucapakan, misalnya seseorang mengatakan; saya tidak memiliki semangat, saya seringkali malas, saya merasa kurang percaya diri, saya merasa sulit untuk melakukan penyesuaian diri, saya yakin saya tidak mampu dan kuat untuk melakukannya, saya tidak yakin saya akan sukses, dan sebagainya.

Timbangan suatu masalah, seringkali tidak terletak pada eksistensi masalah yang dihadapi, akan tetapi lebih banyak terletak pada persepsi seseorang tentang masalah tersebut. Sebagai contoh, ada seorang karyawan (berinsial A) yang pekerja pada salah satu perusahaan,. Dalam waktu yang sudah cukup lama dan merasakan beban yang berat berkenaan dengan tugasnya, lantaran pimpinannya kurang ramah sehingga ia merasa suasana kerja sangat tidak enak. Hal tersebut membuat dirinya merasa tidak betah lagi dan merasakan beban psikologis yang semakin berat. Karyawn lain (berinisial B) yang kebetulan sama dengannya juga berada di bawah seorang pimpinan yang sama, dan diperlakukan sama denga dirinya. Akan tatapi karyawan ini tidak melihat masalah tersebut sebagai masalah besar, apalagi sebagai beban. Bagi dirinya yang penting bekerjadengan baik, dan berusaha mencapai hasil yang terbaik sesuai kemampuannya. Ilustrasi lain, misalnya terjadi pada dua orang guru yang sama-sama mengajar di sekolah dasar. Seorang guru bernama X merasa sangat berat bebannya menghadapi menghadapi keragaman perilaku anak-anak sehari-hari. Dia merasa seringkali tidak bisa tidur nyenyak karena beban yang dia alami telah merubah keceriaan dirinya menjadi pemurung dan bahkan stres. Guru lain yang bernama Y, juga mengajar di sekolah dasar, dan pada prinsipnya menghadapi masalah yang relatif sama  denga guru  X. Namun dia menganggap hal-hal seperti itu sebagai sesuatu yang lumrah, dan bahkan dianggapnya sebagai dinamika yang harus ia hadapi.

Ilustrasi yang dikemukakan di atas penting untuk membiasakan siswa agar mampu mengenal dan menyikapi sesuatu masalah. Dengan pengenalan masalah ini siswa harus dilatih untuk mampu menempatkan posisi diri dan ketika menghadapi suatu masalah. Apakah kepribadian kita lebih identik dengan seorang karyawan berinisial “A” seperti juga seorang guru bernama “X”, atau lebih identik dengan karyawan berinisial “B” seperti juga seorang guru bernama “Y”. Atau mungkin juga tidak identik dengan kedua-duanya. Hal itu sesungguhnya sangat erat dengan kepribadian diri sendiri yang seharusnya dapat dipahami dalam rangka mengenal dan memahami kekuatan dan kelemahan diri. Guru memiliki peran penting dalam hal ini, karana keberadaan guru tidak terbatas mengajar bidang studi tetapi memfasilitasi berkembangnya potensi-potensi siswa  secara menyeluruh, termasuk mendorong mereka untuk mampu memberdayakan  dirinya dalam menghadapi berbagai masalah seperti dikemukakan di atas. Parkey dalam salah satu bagian  tulisannya membahas peran guru sebagai pemimpin pendidikan. Dalam tugas ini guru memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan kepemimpinan di dalam diri siswa, terutama dalam menumbuhkan rasa percaya diri, kemampuan mengatasi masalah dan membangun sinergisitas dengan individu dan kelompok-kelompok lain. (Parkey, 1998).

Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri (self empowring). Pengenalan terhadap diri sendiri berarti pula kita mengenal kelebihan-kelebihan atau kekuatan  yang kita miliki  untuk emcapai hasil belajar yang kita harapkan. Pada sisi lain juga berarti kita mengenal kelemahan-kelemahan pada diri kita sendiri sehingga kita dapat berupaya mencari cara-cara yang konstruktif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Jika kelemahan-kelemahan pribadi tidak dapat kita pahami dengan baik, maka akan berpotensi membawa kita pada ketidakberhasilan.

Dalam sebuah buku yang berjudul “The Seven Habits of Effective People”, 7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif yang ditulis oleh Steven R. Covey, diketengahkan teori “ Proses Kematangan Berkelanjutan” (Continum Maurity Process). Berdasarkan teori tersebut, manusia berkembang dari “tahap ketergantungan” (dependence) ke “tahap kemandirian” (independence) sampai mencapai tahap “kesalingtergantungan” (interdepedence). Menurut teori ini pula pada masa uisa dini (bayi, balita), individu sangat tergantungpada bantuan orang lain atau “tidak berdaya”, dan menginjak usia lebih tua (usia sekolah, remaja) dapat melakukan sendiri “mandiri”, dan menginjak usia dewasa, tidak hanya sendiri melainkan dapat membantu orang lain, atau sebaliknya “saling tergantung”. Dalam perjalanan hidup individu pada usia dini ke masa remaja, dewasa sampai tua, terjadi prises kematangan berkesinambungan (Covey,1994:38).

Dalam mengembangkan pendidikan sebagai poses pemberdayaan anak didik, secara filsafati, harus berpijak pada fakta dan realita. Proses pendidikan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan yang seluasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sense of interest, sense of curiosity, sense of reality, dan sesnse of discovery dalam mempelajari fakta untuk mencari kebenaran (Sumaatmadja, 2002:49)

Untuk mencapai keberhasilan atau sukses yang didambakan oleh setiap individu, maka diperlukan upaya-upaya sistematik dan intensif untuk memberdayakan diri sendiri. Pemberdayaan diri, menurut kajian psikologis sebaiknya dimulai dengan membangun “konsep diri positif”. Konsep diri positif mengandung arti bahwa individu harus mampu meletakkan atau memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya, tidak memandang diri pribadinya dari prespektif negatif. Konsep diri positif diantaranya ditandai beberapa hal:
1.  Pengetahuan yang luas tentang diri sendiri
2.  Memamhami kelebihan dan kelemahan diri
3.  Memiliki keinginan yang kuat untuk berubah
4.  Mampu menghargai orang dan mampu menerima orang lain apa adanya
5.  Mampi secara terbuka menerima kritikan orang lain
6.  Memiliki sistem pertahanan diri yang kuat
7.  Memiliki kontrol internal diri

Sebaliknyaseseorang harus terus berupaya menghindari konsep diri negatif, yang memiliki beberapa ciri, diantaranya:
1.  Pengetahuan tentang diri sendiri sempit
2.  Memiliki pemahaman diri yang parsial
3.  Tidak memiliki keinginan yang kuat untuk berubah
4.  Kurang dapat menghargai dan menerima orang lain apa adanya
5.  Tidak mau dikritik
6.  Mudah terpengaruh oleh lingkungan negatif
7.  Pengendalian/kontrol diri eksternal

Jika seseorana mampu membentuk citra diri atau konsep diri positif maka secara bertahap ia dapat mengembangkan diri menjadi pribadi unggul. Irmin dan Suharyo (2004:57) mengemukakan beberapa ciri pribadi unggul , yaitu: (a) memiliki fisik dan mental yang kuat, (b) memiliki kepercayaan diri yang kuat, (c) tidak mudah putus asa, (d) memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, (e) bisa melayani bawahan, teman dan atasan, (f) selalu berpikir ke masa depan, (g) memiliki kepercayaan diri yang kuat, (h) memiliki motivasi kerja yang tinggi, (i) senantiasa mengembangkan potensi diri, (j) banyak inisiatif dan kreatif, (k) memiliki gairah hidup yang tinggi, (l) bisa berkomunikasi dengan baik, (m) memiliki loyalitas yang tinggi.

Melalui prose pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Untuk dapat memfasilitasi agar siswa dapat lebih mengenal kemampuannya, maka langkah awal yang perlu dilakukan guru adalah berusaha mengenal siswanya dengan baik. Guru perlu mengenal lebih mendalam tentang bakat, minat, motivasi, harapan-harapan  siswa serta beberapa dimensi khusus kepribadiannya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki sikap terbuka dan sabar agar dengan hati yang jernih dan rasional dapat memahami siswanya. Drost (2000:52) mengemukakan bahwa selayaknya guru tidak secara gegabah melihat kesalahan siswa, akan tetapi lebih baik mencari  sisi positif dan berusaha  memberikan pujian. Seandainya teguran diperlukan, hal itu hendaknya tidak dilakukan dengan nada membenci.

Secara spesifik, beberapa dimensi kemampuan siswa yang perlu didorong dalam upaya pemberdayaan diri melamui proses belajar ini adalah:
a.  Mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri
b.  Meningkatkan rasa percaya diri
c.  Dapat miningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang lain
d.  Meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk emcari perubahan
e.  Meningkatkan komitmen dan tanggung jawab
f.  Meningkatkan motivasi intenal
g.  Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah secara kreatif dan positif
h.  Meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara profesional
i.  Mendorong kemampuan pengendalian diri, dan tidak mudah menyalahkan orang lain
j.  Meningkatkan kemampuan membina hubungan interpersonal yang baik
k.  Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan

pembelajaran

0 komentar:

Posting Komentar

Select Your Language