30 Okt 2012

Asas-asas Kurikulum [Topik 3]


ASAS-ASAS KURIKULUM

       Pendidikan di Indonesia selalu berdasarkan sejumlah landasan serta sesuai dengan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut merupakan elemen penting bagi pendidikan, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, kultural, dan psikologis, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Sedangkan landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan agar sesuai dengan masa depan. Asas-asas pendidikan sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani), asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar, dan asas pendidikan bagi semua. Landasan dan asas-asas pendidikan inilah yang nantinya menjadi dasar bagi asas-asas kurikulum di Indonesia.


A. Landasan Pendidikan

1. Landasan Filosfis
       Landasan filosofis sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan berhubungan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang “sesuatu” yang berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Menurut Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna:
- Dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada Pancasila.
- Sistem pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila.
- Hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui pendidikan, sehingga tercipta manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.

2. Landasan Sosiologis
       Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
  1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
  2. Hubungan kemanusiaan.
  3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
  4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.


       Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis pendidikan tentu saja mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan tidak berlangsung dalam keadaan vakum sosial. Dari generasi ke generasi selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:

a. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi akan memberi pengaruh dalam pendidikan, yaitu:
  • - Individu memiliki keterampilan baru.
  • - Sekolah dituntut agar lulusannya dapat menyesuaikan perkembangan jaman.
  • - Sekolah mulai menggunakan media pembelajaran yang lebih canggih.


b. Perubahan Demografi (perubahan jumlah penduduk)
Perubahan demografi akan berakibat pada:
  • - Pengembangan kebijaksanaan pendidikan.
  • - Pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru.
  • - Tidak seimbangnya pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan.

c. Urbanisasi dan Sub-urbanisasi
Urbanisai dan sub-urbanisasi akan menyebabkan:
  • - Sekolah bertanggungjawab atas penyesuaian diri terhadap penduduk kota.
  • - Sekolah berperan dan membantu mekanisme kontrol sosial di masyarakat.
  • - Sekolah mempersiapkan lulusannya untuk dapat hidup di kota.


d. Perubahan Politik Masyarakat, Bangsa dan Negara
Dengan adanya perubaha-perubahan di bidang politik, secara tidak langsung akan mempengaruhi pendidikan di Indonesia, diantaranya:
  • - Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan anggota masyarakat.
  • - Berkembangnya saling ketergantungan antar pemerintahan negara.


3. Landasan Kultural
       Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Jadi pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan pengembang kebudayaan.

4. Landasan Psikologis
       Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
       Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
       Psikologi sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga hal yaitu:
  • a. Hakikat siswa
  • b. Proses belajar
  • c. Peranan guru

       Karena guru merupakan sentral pengendalian proses belajar-mengajar, maka dalam penyampaian materi, guru harus mampu mendasarkan pada perbedaan individu siswa dan prinsip-prinsip belajar.Selain itu guru juga harus memperhatikan stimulus belajar, perhatian siswa, keaktifan siswa, penguatan dan umpan balik. Untuk keberhasilan kegiatan belajar dan pencapaian tujuan pendidikan itu sendriri.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
       Pendidikan berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan, sehingga haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
       Salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat mengembangkan iptek. Hubungan timbal balik antara pendidikan dan iptek, yaitu, kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan iptek dan perkembangan iptek akan berpengaruh pada perkembangan pendidikan.

 B. Landasan Pendidikan Nasional di Indonesia
       Selain kelima landasan yang telah disebutkan di atas, Indonesia memiliki beberapa landasan tersendiri, yaitu:
  • 1. Landasan Ideal: Pancasila
  • 2. Landasan Konstitusional: UUD 1945
  • 3. Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang UU No. 20 Tahun 2003)

 C. Asas-asas Pendidikan
       Asas pendidikan merupakan dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani), asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar, dan asas pendidikan bagi semua.

1. Asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani)

Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu:
a. Asas Kemerdekaan
       Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka, melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.

b. Asas Kodrat Alam
       Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main, tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.

c. Asas Kebudayaan
       Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri (jati diri) tetap menjadi acauan utama.

d. Asas Kebangsaan
       Membina kesatuan bangsa, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.

e. Asas kemanusiaan
       Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

       Kelima asas tersebut kemudian dikenal sebagai asas pertama, yaitu tut wuri handayani yang merupakan inti dari sitem pendidikan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
  • - Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
  • - Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
  • - Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)


2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
       Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Dengan adanya asas ini, kurikulum dirancang dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal dari kurikulum meliputi keterkaitan dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Sedangkan dimensi horisontal dari kurikulum yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar
       Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan mengurangi keaktifan guru dan meningkatkan keaktifan siswa, namun guru dituntut utuk selalu siap membantu siswa jika memang diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru sebagai fasilitator dan motifator bagi peserta didik. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

4. Asas Pendidikan Bagi Semua
       UNESCO pada tahun 2000 di Dakar (Senegal) mencanangkan suatu program pendidikan bagi semua orang di kawasan Asia dan Pasifik yang disebut APPEAL (Asian Pacific Programme of Education for All). Melahirkan deklarasi tentang pendidikan bagi semua, yaitu:
  • a. Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannya termasuk pendidikan bagi anak miskin dan kelainan fisik/mental.
  • b. Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program pendidikan dasar sembilan tahun atau program kejar paket A dan B.
  • c. Pemberantasan buta huruf.
  • d. Peningkatan mutu pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi semua kelompok sasaran warga belajar.
  • e. Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan peran kesetaraannya di dalam kegiatan pembangunan.


D. Asas-asas Pelakasanaan Pendidikan Nasional di indonesia
       Dari asas-asas yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia memperhatikan beberapa uraian dari asas-asas tersebut, yaitu:
  1. Asas semesta, menyeluruh dan terpadu
  2. Asas pendidikan seumur hidup
  3. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
  4. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
  5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara
  6. Asas Bhineka Tunggal Ika
  7. Asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan
  8. Asas manfaat, adil, dan merata
  9. Asas ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
  10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas.


E. Asas-asas Kurikulum
1. Asas Filosofis
       Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.

Manfaat filsafat bagi kurikulum, yakni:
  • a. Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.
  • b. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
  • c. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
  • d. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
  • e. Memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.
  • f. Memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai. 


2. Asas Psikologi
       Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
a. Aspek Ketakwaan
Dikembangkan dengan bidang agama
b. Aspek Cipta
Dikembangkan dengan bidang studi ekstra dan filsafat
c. Aspek Rasa
Dikembangkan dengan bidang studi seni
d. Aspek Karsa
Dikembangkan dengan bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PKn
e. Aspek Karya (Kreatif)
Dikembangkan melalui bidang studi yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bakat.
f. Aspek Karya (keprigelan)
Dikembangkan dengan pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan.
g. Aspek Kesehatan
Dikembangkan dengan bidang studi kesehatan
h. Aspek Sosial
Dikembangkan melalui praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL.
i. Aspek Karya
Dikembangkan melalui kerja mandiri.

Terdapat dua asas Psikologi yang melandasi kurikulum, yaitu:
1. Psikologi anak
       Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni untuk memberi situasi-situasi belajar kepada anak-anak tempat mereka dapat mengembangkan bakatnya. Sebab itu sudah seharusnya anak itu sendiri merupakan faktor dalam pembinaan kurikulum yang tak dapat diabaikan. Karena pengaruh Plato berabad-abad lamanya anak-anak dididik tanpa memperhatikan ciri khas tiap anak. Anak itu dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. Baru pada permulaan abad keduapuluh anak mendapat perhatian yang besar. Anak-anak dipelajari secara ilmiah, sehingga lebih banyak diperoleh keterangan tentang minatnya, perkembangannya, kebutuhannya dan sebagainya. Ada kurikulum yang progresif yang malahan semata-mata child centered curriculum kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan minat atau kebutuhan anak-child centered itu mengandung kelemahan-kelemahan dan boleh dikatakan tidak ada lagi yang melakukannya di sekolah. Namun usaha itu telah berhasil untuk menunjukkan perhatian para pendidik kepada kepentingan anak. Dalam kaitannya dengan psikologi anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum yaitu :
  • a. Anak bukan miniatur orang dewasa
  • b. Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
  • c. Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
  • d. Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
  • e. Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
  • f. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.

       Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

2. Psikologi belajar
       Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dpat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengancara seefektif-efektifnya. Oleh sebab itu belajar rupanya suatu proses yang pelik dan kompleks, maka kita tak heran tentang adanya bermacam-macam teori belajar yang mencoba menjelaskannya, juga ada eksperimentil, bagaimanakah proses belajar itu berlangsung. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa tiap teori mengandung kebenaran, tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses itu. Teori yang kita anut terutama mentukan bahan pelajaran yang harus disajikan. Jadi terdapat hubungan yang erat antara kurikulum dan ilmu jiwa belajar.
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
  • a. seleksi dan organisasi bahan pelajaran
  • b. menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi
  • c. merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)



3. Asas Sosiologis
       Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.
       Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

4. Asas Organisatoris
       Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.


5. Asas Teknologi
       Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
    Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
       Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar

Select Your Language